Jakarta- Google Earth bukan hal baru, kita sering menggunakannya untuk
mencari lokasi suatu tempat atau kadang iseng-iseng inginn melihat
rumah kita dari satelit.
Google yang biasa kita gunakan adalah Google Earth versi yang diperuntukkan bagi publik atau yang bisa diakses dengan gratis. Selain produk Google Earth yang gratisan, Google juga memiliki produk serupa yang diperuntukkan bagi perusahaan.
Nama produk itu adalah Google Earth Enterprise. Berbeda dengan Google Earth biasa, Google Earth Enterprise pengelolaannya bersifat internal dengan akses dan standar keamanan mengikuti kepatuhan aturan keamanan yang diterapkan yang lebih fleksibel dari yang ada di publik.
Rivaldi Rivai, direktur utama PT. EBconnection Indonesia, yang merupakan Google Enterprise partner di Indonesia, mengatakan bahwa Google tidak bisa mengambil dan mengubah data yang disimpan oleh perusahaan dalam Google Earth Enterprise.
"Komponennya ada dua, Google Earth Fusion dan Google Earth Server," kata Rivaldi, dalam seminar "Inovasi Geospasial Untuk Pengendalian dan Pengambilan keputusan yang Efektif" yang diadakan PT EBconnection Indonesia, Selasa (21/6) di Balai Kartini, Jl. Gatot Subroto, Jakarta.
Dia mengibaratkan Google Earth Fusion sebagai dapur, tempat berkumpulnya data, mengombinasikan semua data geospasial dalam globe yang tersedia bagi pengguna melalui Google Enterprise Server.
Google Earth Fusion bisa mengintegrasikan termasuk citra dan medan, data vektor, KML, model 3D dan bahkan data yang disimpan dalam model tradisional. dan Google Earth Server untuk hosting dan mengirim data ke pengguna terakhir.
Rivaldi mengatakan saat ini produk Google Earth Enterprise digunakan oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pembangunan (UKP-PPP). EBconnection juga sedang dalam pembicaraan mengenai penggunaan produk itu ke dua perusahaan swasta yang tidak disebutkan nama dan bidang kerjanya.
UKP-PPP menggunakan Google Earth untuk keperluan pemetaan daerah korban bencana atau untuk memantau misalnya berapa banyak sekolah dasar di suatu wilayah, dan SD itu berada di mana saja. Google Earth Enterprise hadir di Indonesia tahun 2009, dan UKP-PPP menggunakannya akhir tahun 2010.
Sistem visualisasi geospasial memungkinkan kegiatan pengendalian pembangunan yang bisa menjadi terobosan untuk mempermudah kalangan eksekutif (pengambil keputusan) untuk memantau kinerja kegaitan-kegiatan pembangunan yang berada di bawah pengawasannya.
"Prospeknya kalau saya lihat sangat besar karena dengan geografi Indonesia yang sangat luas dan pembangunan tadi untuk bisa dipantau dengan benar fungsi Google Earth untuk memvisualisasikan data dengan benar," kata Rivaldi saat ditanya mengenai prospek Google Earth Enterprise.
Mengenai biaya produk itu, menurut Rivaldi tergantung pada "scope" proyek. Namun, dia mengungkapkan kisarannya antara Rp 2 miliar hingga Rp 10 miliar.
Google Earth Enterprise ini bisa diaplikasikan dengan data real time.
Google yang biasa kita gunakan adalah Google Earth versi yang diperuntukkan bagi publik atau yang bisa diakses dengan gratis. Selain produk Google Earth yang gratisan, Google juga memiliki produk serupa yang diperuntukkan bagi perusahaan.
Nama produk itu adalah Google Earth Enterprise. Berbeda dengan Google Earth biasa, Google Earth Enterprise pengelolaannya bersifat internal dengan akses dan standar keamanan mengikuti kepatuhan aturan keamanan yang diterapkan yang lebih fleksibel dari yang ada di publik.
Rivaldi Rivai, direktur utama PT. EBconnection Indonesia, yang merupakan Google Enterprise partner di Indonesia, mengatakan bahwa Google tidak bisa mengambil dan mengubah data yang disimpan oleh perusahaan dalam Google Earth Enterprise.
"Komponennya ada dua, Google Earth Fusion dan Google Earth Server," kata Rivaldi, dalam seminar "Inovasi Geospasial Untuk Pengendalian dan Pengambilan keputusan yang Efektif" yang diadakan PT EBconnection Indonesia, Selasa (21/6) di Balai Kartini, Jl. Gatot Subroto, Jakarta.
Dia mengibaratkan Google Earth Fusion sebagai dapur, tempat berkumpulnya data, mengombinasikan semua data geospasial dalam globe yang tersedia bagi pengguna melalui Google Enterprise Server.
Google Earth Fusion bisa mengintegrasikan termasuk citra dan medan, data vektor, KML, model 3D dan bahkan data yang disimpan dalam model tradisional. dan Google Earth Server untuk hosting dan mengirim data ke pengguna terakhir.
Rivaldi mengatakan saat ini produk Google Earth Enterprise digunakan oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pembangunan (UKP-PPP). EBconnection juga sedang dalam pembicaraan mengenai penggunaan produk itu ke dua perusahaan swasta yang tidak disebutkan nama dan bidang kerjanya.
UKP-PPP menggunakan Google Earth untuk keperluan pemetaan daerah korban bencana atau untuk memantau misalnya berapa banyak sekolah dasar di suatu wilayah, dan SD itu berada di mana saja. Google Earth Enterprise hadir di Indonesia tahun 2009, dan UKP-PPP menggunakannya akhir tahun 2010.
Sistem visualisasi geospasial memungkinkan kegiatan pengendalian pembangunan yang bisa menjadi terobosan untuk mempermudah kalangan eksekutif (pengambil keputusan) untuk memantau kinerja kegaitan-kegiatan pembangunan yang berada di bawah pengawasannya.
"Prospeknya kalau saya lihat sangat besar karena dengan geografi Indonesia yang sangat luas dan pembangunan tadi untuk bisa dipantau dengan benar fungsi Google Earth untuk memvisualisasikan data dengan benar," kata Rivaldi saat ditanya mengenai prospek Google Earth Enterprise.
Mengenai biaya produk itu, menurut Rivaldi tergantung pada "scope" proyek. Namun, dia mengungkapkan kisarannya antara Rp 2 miliar hingga Rp 10 miliar.
Google Earth Enterprise ini bisa diaplikasikan dengan data real time.
sumber antara news.