Malang
- Mie buatan tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) Kota
Malang, Jawa Timur, berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi pangan
internasional yang digelar di New Orleans, Lousiana, Amerika Serikat
(AS), pada 11-14 Juni 2011.
Ricky Setyawan (22), salah seorang mahasiswa tersebut, pada Selasa
mengatakan bahwa kompetisi yang diikuti sejumlah negara itu bertujuan
mencari solusi pangan bagi negara-negara berkembang dengan ketentuan
nilai pangan harus memiliki zat besi lebih.
Untuk itu, dirinya bersama dua rekan lainnya, Meidina Nurfitriani
(22) dan Masa Mukti (19), terinspirasi membuat mie dengan bahan-bahan
asli Indonesia, seperti campuran tepung ubi jalar, tempe, singkong,
serta belut.
"Pembuatan mie pada umumnya menggunakan 100 persen tepung gandum,
namun kita eksplorasi dengan bahan-bahan lain, seperti tepung tempe dan
belut, serta ubi jalar dan singkong," kata Ricky dalam keterangan
persnya di Malang.
Alasan menggunakan campuran itu, menurut Ricky, karena bahan
tersebut sangat murah dan mudah dicari di Indonesia, selain itu nilai
kandungan zat besi juga banyak dan cocok bagi negara berkembang.
"Dalam presentasi yang kita lakukan di depan panelis dari berbagai
negara, kita mendapatkan nilai lebih, sebab selain banyaknya kandungan
zat besi, mie yang kita buat memiliki nilai ekonomis," kata mahasiswa
Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) itu.
Ricky menjelaskan, pesaing terberat dalam kompetisi itu berasal
dari Amerika dan India, dengan membuat roti dan biskuit dari bahan
singkong.
"Amerika dalam kompetisi itu mengikutkan roti berbentuk burger dan
biskuit, namun dalam presentasinya mereka kalah dengan kita. Oleh karena
itu patut kita syukuri," kata Ricky.
Menanggapi prestasi anak didiknya, Rektor Unibraw, Prof Yogi
Sugito, menyambut baik kemenangan tersebut, karena diraihnya juara
pertama mahasiswanya tersebut adalah kali pertama dalam kompetisi pangan
internasional.
"Sebelumnya kita juga pernah ikut dalam kompetisi itu, dan tahun 2010 hanya menduduki peringkat tiga besar," kata Yogi.
Rencananya, Unibraw akan mematenkan produk mie instan itu dan
memberikan penghargaan kepada tiga mahasiswa yang telah mengaharumkan
nama akademisi di tingkat internasional.
"Kita akan berikan beasiswa lanjutan bagi ketiga mahasiswa itu, dan
hasil karyanya akan kita pantenkan, jika perlu akan kita produksi
secara massal dengan membuat pabrik mie instan itu," katanya
menambahkan. (*)